Sabtu, 16 Januari 2010

SEJARAH BERDIRINYA PERISAI DIRI


Pak Dirdjo (panggilan akrab RM Soebandiman Dirdjoatmodjo) lahir di Yogyakarta pada hari Selasa Legi tanggal 8 Januari 1913 di lingkungan Keraton Pakoe Alam. Beliau adalah putra pertama dari RM Pakoesoedirdjo, buyut dari Pakoe Alam II. Sejak berusia 9 tahun beliau telah dapat menguasai ilmu pencak silat yang ada di lingkungan keraton sehingga mendapat kepercayaan untuk melatih teman-temannya di lingkungan daerah Pakoe Alaman. Di samping pencak silat beliau juga belajar menari di Istana Pakoe Alam sehingga berteman dengan Saudara Wasi dan Bagong Kusudiardjo.

Karena ingin meningkatkan kemampuan ilmu silatnya, pada tahun 1930 setamat HIK beliau meninggalkan Yogyakarta untuk merantau tanpa membawa bekal apapun dengan berjalan kaki. Tempat yang dikunjunginya pertama adalah Jombang, Jawa Timur. Di sana beliau belajar silat pada Bapak Hasan Basri, sedangkan pengetahuan agama diperoleh dari Pondok Pesantren Tebuireng.

Setelah menjalani gemblengan keras dengan lancar dan dirasa cukup, beliau kembali ke barat. Sampai di Solo beliau belajar pada Bapak Sayid Sahab. Beliau juga belajar kanuragan pada kakeknya, Jogosurasmo.

Tujuan berikutnya adalah Semarang, di sini beliau belajar pada Bapak Soegito dari aliran Setia Saudara. Dilanjutkan dengan mempelajari ilmu kanuragan di Pondok Randu Gunting Semarang.

Dari sana beliau menuju Cirebon setelah singgah terlebih dahulu di Kuningan. Di sini beliau belajar lagi ilmu silat dan kanuragan dengan tidak bosan-bosannya selalu menimba ilmu dari berbagai guru. Selain itu beliau juga belajar silat Minangkabau dan silat Aceh.

Tekadnya untuk menggabungkan dan mengolah berbagai ilmu yang dipelajarinya membuat beliau tidak bosan-bosan menimba ilmu. Berpindah guru baginya berarti mempelajari hal yang baru dan menambah ilmu yang dirasakannya kurang.

Beliau yakin, bila segala sesuatu dikerjakan dengan baik dan didasari niat yang baik, maka Tuhan akan menuntun untuk mencapai cita-citanya. Beliau pun mulai meramu ilmu silat sendiri. Pak Dirdjo lalu menetap di Parakan, Banyumas, dan pada tahun 1936 membuka perkumpulan pencak silat dengan nama Eka Kalbu.

Setelah puas merantau, beliau kembali ke tanah kelahirannya, Yogyakarta. Ki Hajar Dewantoro yang masih Pakde-nya, meminta Pak Dirdjo melatih di lingkungan Perguruan Taman Siswa di Wirogunan.

Di tengah kesibukan melatih, beliau bertemu dengan seorang pendekar Tionghoa yang beraliran beladiri Siauw Liem Sie (Shaolinshi), Yap Kie San namanya. Pak Dirdjo yang untuk menuntut suatu ilmu tidak memandang usia dan suku bangsa lalu mempelajari ilmu beladiri yang berasal dari biara Siauw Liem (Shaolin) ini dari Suhu Yap Kie San selama 14 tahun. Beliau diterima sebagai murid bukan dengan cara biasa tetapi melalui pertarungan persahabatan dengan murid Suhu Yap Kie San. Melihat bakat Pak Dirdjo, Suhu Yap Kie San tergerak hatinya untuk menerimanya sebagai murid. Berbagai cobaan dan gemblengan beliau jalani dengan tekun sampai akhirnya berhasil mencapai puncak latihan ilmu silat dari Suhu Yap Kie San.

Dengan bekal yang diperoleh selama merantau dan digabung dengan ilmu beladiri Siauw Liem Sie yang diterima dari Suhu Yap Kie San, Pak Dirdjo mulai merumuskan ilmu yang telah dikuasainya itu. Pada tahun 1947 di Yogyakarta, Pak Dirdjo diangkat menjadi Pegawai Negeri pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Seksi Urusan Pencak Silat yang dikepalai oleh Bapak Mochammad Djoemali. Dengan tekad mengembangkan ilmunya, beliau lalu membuka kursus silat umum, selain mengajar di HPPSI dan Himpunan Siswa Budaya.

Tahun 1954 Pak Dirdjo diperbantukan ke Perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur di Surabaya. Tahun 1955 beliau resmi pindah dinas ke Kota Surabaya. Di sinilah, dengan dibantu oleh Bapak Imam Romelan, beliau membuka dan mendirikan kursus pencak silat Keluarga Silat Nasional Indonesia PERISAI DIRI pada tanggal 2 Juli 1955.

Pengalaman yang diperoleh selama merantau dan ilmu silat Siauw Liem Sie yang dikuasainya kemudian dicurahkannya dalam bentuk teknik yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anatomi tubuh manusia, tanpa ada unsur memperkosa gerak. Semuanya berjalan secara alami dan dapat dibuktikan secara ilmiah. Dari mulai didirikan hingga kini teknik silat Perisai Diri tidak pernah berubah, berkurang atau bertambah. Dengan motto Pandai Silat Tanpa Cedera, Perisai Diri diterima oleh berbagai lapisan masyarakat untuk dipelajari sebagai ilmu beladiri.

Tanggal 9 Mei 1983, RM Soebandiman Dirdjoatmodjo berpulang menghadap Sang Pencipta. Tanggung jawab untuk melanjutkan teknik dan pelatihan silat Perisai Diri beralih kepada para murid-muridnya yang kini telah menyebar ke seluruh pelosok tanah air dan beberapa negara di Eropa, Amerika dan Australia. Untuk menghargai jasanya, pada tahun 1986 pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan gelar Pendekar Purna Utama bagi Bapak RM Soebandiman Dirdjoatmodjo.

KURIKULUM PELATIHAN

Tingkatan pesilat Perisai Diri dibagi dalam beberapa tingkatan yang secara garis besar dikelompokkan dalam tingkat Dasar dan tingkat Keluarga. Tingkat Dasar terdiri dari Dasar I (sabuk putih), Dasar II (sabuk hitam) dan Calon Keluarga (sabuk merah). Tingkat Keluarga (sabuk merah) terdiri dari beberapa tingkatan yang ditandai dengan warna strip pada badge.

Mulai tingkat dasar akan diajarkan teknik-teknik beladiri tangan kosong. Pada tingkat selanjutnya diajarkan juga teknik permainan senjata dengan senjata wajib pisau, pedang dan toya. Dengan dasar penguasaan tiga senjata wajib, pisau mewakili senjata pendek, pedang mewakili senjata sedang, dan toya mewakili senjata panjang, pesilat Perisai Diri dilatih untuk mampu mendayagunakan berbagai peralatan yang ada di sekitarnya untuk digunakan sebagai senjata. Teknik tersebut juga dapat digunakan untuk memainkan senjata lain, seperti celurit, trisula, abir, tombak, golok, ruyung (double stick), pedang samurai, pentungan, kipas, payung, senapan, bayonet, rantai, teken, dan sebagainya.

Metode praktis yang sangat penting untuk dipelajari oleh pesilat Perisai Diri adalah latihan Serang Hindar. Pada latihan ini akan diajarkan cara menyerang dan menghindar yang paling efisien, cepat, tepat, tangkas, deras dan bijaksana. Sekalipun berhadapan langsung dengan lawan, kemungkinan cedera amat kecil karena setiap siswa dibekali prinsip-prinsip dasar dalam melakukan serangan dan hindaran. Resiko kecil pada metode Serang Hindar inilah yang melahirkan motto Pandai Silat Tanpa Cedera. Dengan motto inilah Perisai Diri menyusun program pendidikan dengan memperhatikan faktor psikologis dan kurikulumnya.

Teknik silat Perisai Diri terdiri dari lima tahapan, yakni pengenalan, pengertian, penerapan, pendalaman dan penghayatan. Intisari ilmu silat yang dikembangkan Pak Dirdjo ini terdiri dari 19 teknik yang disesuaikan dengan kebutuhan dan anatomi tubuh manusia. Ke-19 teknik silat tersebut masing-masing mempunyai ciri khas dalam hal :
- pengosongan, peringanan dan pemberatan tubuh
- gerak merampas dan merusak
- menangkis dan mengunci
- cara menghindar dan mengelak
- gerak melompat
- cara menolak, menebang dan melempar
- mendorong dan menebak
- serangan tangan, kaki dan badan
- pengaturan napas
- penyaluran tenaga
- pengaturan senjata

Dalam silat Perisai Diri terdapat Teknik Kombinasi dan Teknik Asli. Teknik Kombinasi merupakan teknik-teknik di silat Perisai Diri yang berasal dari perguruan-perguruan silat di seluruh Indonesia yang meliputi 156 aliran. Rangkuman teknik silat tersebut kemudian dipilah dan dikelompokkan sesuai dengan karakter dari masing-masing aliran. Teknik Kombinasi diantaranya adalah Cimande, Batawen, Bawean dan Jawa Timuran. Di samping itu ada juga Teknik Minangkabau yang diambil dari teknik pencak silat tanah Minang yang dilengkapi dengan beberapa teknik lain.

Teknik Asli dalam silat Perisai Diri sebagian besar diambil dari aliran Siauw Liem Sie. Dengan kreativitas Pak Dirdjo, yang mirip hanyalah sikap awalnya saja, sedangkan gerakan maupun implementasinya sudah dijiwai oleh karakter pencak silat Indonesia. Hal ini yang menjadikan ilmu silat Perisai Diri mempunyai sifat unik, tidak ada kemiripan dengan silat yang lain. Disebut Asli karena mempunyai frame tersendiri, bukan merupakan kombinasi dari beberapa aliran silat.

Teknik Asli dalam silat Perisai Diri :
1. Burung Mliwis
2. Burung Kuntul
3. Burung Garuda
4. Lingsang
5. Kuda Kuningan
6. Setria Hutan
7. Harimau
8. Naga
9. Setria
10. Pendeta
11. Putri

Pada tingkat tertentu akan diajarkan teknik olah pernafasan yang berguna baik untuk kebugaran maupun untuk menunjang beladiri, misalnya gwakang, lweekang dan ginkang. Untuk menyeimbangkan gemblengan fisik, pada tingkat tertentu akan diberi gemblengan mental spiritual yang dalam Perisai Diri dikenal dengan istilah Kerokhanian yang diberikan secara bertahap untuk memberi pengertian dan pelajaran tentang diri pribadi dan manusia pada umumnya, sehingga diharapkan tercipta pesilat yang bermental baja dan berbudi luhur, mempunyai kepercayaan diri yang kuat, berperangai lemah lembut, serta bijaksana dalam berpikir dan bertindak. Keseimbangan antara pengetahuan silat dan Kerokhanian akan menjadikan anggota Perisai Diri waspada dan mawas diri, tidak sombong, dan setiap saat sadar bahwa di atas segala-galanya ada Sang Pencipta. Keseimbangan paling luhur yakni mengabdi kepada Allah Sang Pencipta.

Kamis, 14 Januari 2010

album perisai diri

Random
Latihan gabungan dengan silat ASAD Mas Hanry Molomoe Latihan bersama Mas Sigit Prakoso Mas Nanang Mas Arnowo Adji
Latest
PD-UGM8 PD-UGM7 PD-UGM6 PD-UGM5 PD-UGM4
Popular
Mukernas 2008 02 With_Mas_Wuk_n_Mas_Joko_Widodo Mas_Arnowo_Adjie Mas_Tom Mas_Ruddy_Kapojos

Kamis, Agustus 28, 2008

Teknik silat Perisai Diri terdiri dari lima tahapan, yakni pengenalan, pengertian, penerapan, pendalaman dan penghayatan. Dalam silat Perisai Diri terdapat Teknik Kombinasi dan Teknik Asli.

Teknik Kombinasi merupakan teknik-teknik di silat Perisai Diri yang berasal dari perguruan-perguruan silat di seluruh Indonesia yang meliputi 156 aliran. Rangkuman teknik silat tersebut kemudian dipilah dan dikelompokkan sesuai dengan karakter dari masing-masing aliran. Teknik Kombinasi diantaranya adalah Cimande, Betawen, Bawean dan Jawa Timuran. Di samping itu ada juga Teknik Minangkabau yang diambil dari teknik pencak silat tanah Minang yang dilengkapi dengan beberapa teknik lain.

Teknik Asli dalam silat Perisai Diri sebagian besar digali dari aliran Siauw Liem Sie (Shaolinshi). Dengan kreativitas Pak Dirdjo, yang mirip hanyalah sikap awalnya saja, sedangkan gerakan maupun implementasinya sudah dijiwai oleh karakter pencak silat Indonesia. Hal ini yang menjadikan ilmu silat Perisai Diri mempunyai sifat unik, tidak ada kemiripan dengan silat yang lain. Disebut Asli karena mempunyai frame tersendiri, bukan merupakan kombinasi dari beberapa aliran silat.

Teknik Asli dalam silat Perisai Diri diantaranya yaitu :
1. Burung Meliwis
2. Burung Kuntul
3. Burung Garuda
4. Harimau
5. Naga
6. Satria
7. Pendeta
8. Putri

Teknik Minangkabau

Nama teknik Minangkabau diambil karena gerakan teknik ini mirip dengan tarian tradisional dari Minangkabau, Sumatra Barat. Salah satu tujuan dari mempelajari teknik ini adalah untuk memperkuat otot-otot paha dan otot belakang. Teknik ini juga memberikan pengalaman tentang bagaimana rasanya bila kita berada pada posisi yang merendah ke tanah.

Untuk menyerang lawan, teknik Minang seringkali mendahului dengan membuka bagian lemah dari badannya dengan gerakan yang lambat. Ini adalah pancingan yang disengaja agar lawan menyerang terlebih dahulu. Ketika lawan datang dengan serangan, saat itulah teknik Minang akan bergerak sangat cepat dan keras menghancurkan serangan lawan tersebut dengan sikunya dan dilanjutkan dengan serangan berikutnya.

Teknik Burung Meliwis

Burung Meliwis memiliki ciri khas tersendiri dalam bergerak, yaitu bergerak dengan ringan dan cepat. Tujuan dari mempelajari teknik ini adalah untuk melatih kecepatan, keringanan tubuh dan membiasakan diri menapak dengan ujung kaki. Dengan mempelajari teknik ini, maka pesilat dengan sendirinya akan melatih otot-otot kaki, betis dan pinggul.

Meliwis menggunakan ujung-ujung jari untuk menyerang lawan. Oleh karena itu, ia hanya akan menyerang bagian-bagian yang sangat lemah seperti mata dan leher. Saat menyerang, Meliwis melontarkan tangannya dengan cepat ke arah lawan dan akan kembali dengan kecepatan yang sama, sehingga mempersulit lawan untuk menolak.

Selain ujung-ujung jari, Meliwis juga menggunakan pergelangan tangannya untuk menyerang bagian-bagian seperti leher dan dagu. Teknik ini juga menggunakan pergelangan tangan bagian dalam untuk menolak dengan cara mengalihkan arah serangan lawan.

Teknik Burung Kuntul

Setelah mempelajari teknik Meliwis, pesilat akan menerima pelajaran teknik berikutnya, Burung Kuntul. Bila saat berlatih Meliwis, pesilat diajarkan untuk bergerak ringan, kini pesilat diajarkan untuk melibatkan tenaga saat bergerak ringan.

Dibandingkan dengan Meliwis, Kuntul tidak hanya menyerang bagian lemah, tetapi juga bagian lain seperti lutut. Teknik ini memiliki satu macam tendangan yang digunakan untuk merusak lutut lawan.

Pada saat menyerang, sifat serangan Kuntul adalah memecut. Serangan dilontarkan sangat cepat dari badan ke arah sasaran dan dengan sendirinya kembali ke arah badan dengan kecepatan yang sama. Namun pola serangan Kuntul tidak pernah lurus kedepan seperti teknik beladiri pada umumnya. Serangan Kuntul selalu mengarah ke samping.

Untuk menyerang depan, maka Kuntul akan memposisikan dirinya sedemikian rupa, sehingga lawan menjadi berada di samping saat serangan mencapai target.

Teknik Burung Garuda

Garuda adalah simbol burung terkuat di antara jenis burung lainnya. Oleh karena itu, dibandingkan dengan teknik burung sebelumnya, Garuda memiliki kemampuan bertarung yang paling tinggi.

Saat berlatih teknik Garuda, pesilat akan dikenalkan bagaimana cara menggunakan perubahan badan sebagai tenaga tambahan saat menyerang atau menolak. Karena kemampuannya dalam menggunakan badan inilah, tenaga yang dimiliki oleh teknik Garuda menjadi lebih besar dibandingkan dengan Meliwis dan Kuntul.

Garuda menggunakan sisi tangan dan sikunya sebagai perlengkapan dalam menyerang dan menolak. Teknik ini selalu mengembangkan kelima jarinya selebar mungkin untuk memperkuat otot tangan bagian samping.

Target serangan Garuda sering ke arah leher. Dengan menggunakan sikunya, Garuda akan menotok bagian leher dan mengiris leher tersebut dengan sisi luar tangan, untuk merusak tulang leher lawan sekaligus merobek kulit lawan. Tidak hanya leher, Garuda juga dapat menyerang ke bagian tengah di antara dua alis mata lawan dan mengirisnya ke sepanjang garis mata.

Dalam jarak yang sangat rapat, Garuda memanfaatkan sikunya ke bagian lemah lawan ataupun memanfaatkan tumitnya untuk melakukan tendangan jarak pendek ke arah kemaluan lawan.

Untuk melindungi diri dari serangan lawan, Garuda memanfaatkan kaki untuk menolak bagian bawah dan tangan untuk bagian tengah dan atas.

Teknik Harimau

Dibandingkan dengan Garuda, teknik Harimau memiliki kemampuan yang lebih besar, baik itu tenaga, kecepatan, keuletan, keganasan dan fleksibilitas gerakan.

Teknik ini di adaptasi dari karakter hewan aslinya yang disesuaikan dengan anatomi tubuh manusia. Kemampuan Harimau lebih baik dibanding Garuda karena teknik ini sudah menggunakan perputaran badan untuk meningkatkan kecepatan dan tenaga.

Posisi Harimau bisa berbeda-beda, baik itu merendah, sedang ataupun tinggi. Pada saat posisi merendah, teknik ini akan melebarkan kuda-kuda agar lebih merendah ke tanah dan akan menyerang ke daerah bawah dari lawan, dilanjutkan dengan menggulung untuk menjauhkan diri dari lawan. Pada saat posisi tinggi, teknik ini akan mengincar daerah atas seperti dada dan kepala. Teknik inipun kadang menggunakan lompatannya untuk menyerang kepala.

Saat menyerang, Harimau menggunakan perlengkapan seperti cakar, telapak tangan, lutut, tumit dan telapak kaki. Saat menolak, teknik ini akan menggunakan perlengkapannya seperti kaki, tangan dan juga cakarnya. Target sasaran yang menjadi sasaran serangan antara lain mata, muka, telinga, leher, dada, pergelangan badan, kemaluan, lutut dan kulit.

Teknik Naga

Naga dilambangkan sebagai binatang terkuat di jajaran teknik silat Perisai Diri. Oleh karena itu, Naga diberikan pada jenjang teknik hewan terakhir di Perisai Diri. Keunikan dari teknik Naga terdapat pada cara langkahnya yang selalu mengandung putaran. Hal ini dilakukan untuk menuju poros tengah lawan saat menghindar, memapas ataupun menyerang. Tenaga yang dikeluarkan pun lebih besar dibanding teknik sebelumnya karena teknik ini telah menyatukan kemampuan perputaran badan dan perpindahan berat badan sebagai tambahan tenaganya.

Ditambah lagi, pesilat yang menerima teknik ini adalah mereka yang telah menduduki tingkatan Asisten Pelatih. Di tingkat ini, mereka mendapatkan pelajaran Pernafasan Tahap 1, yang akan berfokus untuk meningkatkan tenaga. Oleh karena itu, teknik Naga pun akan semakin kuat lagi karena para Asisten Pelatih mengkombinasikan teknik dan pernafasan ke dalam aplikasinya.

Saat menyerang, teknik Naga akan merusak persendian leher, paha dan tangan. Daerah lemah seperti dagu dan kemaluan juga bisa menjadi sasaran serangan apabila daerah tersebut terbuka.

Teknik Satria

Setelah mempelajari teknik hewan, di tingkat ini pesilat akan mulai mempelajari teknik manusia. Teknik yang pertama dipelajari adalah Satria. Pada tingkat ini, pesilat dianggap telah mampu menerapkan seluruh kemampuan dari teknik hewan pada tingkatan-tingkatan sebelumnya. Sebagai suatu teknik manusia, Satria akan mulai meninggalkan karakter kehewananannya, seperti liar, buas dan brutal. Satria akan berfikir tepat sebelum bertindak dan melaksanakan geraknya dengan penuh percaya diri.

Bersamaan dengan penerimaan pelajaran teknik ini, seorang pesilat juga menerima pelajaran Pernafasan Tahap 2, yang difokuskan untuk meledakkan tenaga.

Karena kemampuan dari dua tahap Pernafasan tersebut, sifat teknik Satria menjadi penuh dengan rasa percaya diri. Ketika serangan datang, Satria akan menolak, memapas dan merusak perlengkapan serangan lawan dengan memukul titik persendian. Saat bergerak, teknik ini tidak melakukan gerakan-gerakan yang rumit seperti pada teknik Harimau dan Naga.

Teknik Pendeta

Dalam Bahasa Jawa, pandito artinya adalah orang yang selalu memberikan falsafah jalan kebaikan pada orang lain. Karakter ini pun terbawa ke dalam teknik itu sendiri. Teknik ini tidak menunjukan kebrutalan dan juga tidak banyak merusak ataupun menghancurkan persendian lawan.

Walaupun kemampuan seorang pesilat yang mempelajari Pendeta tetap memiliki kemampuan seluruh teknik di bawahnya, namun teknik asli ini sendiri tidak akan merusak bila tidak diperlukan.

Pola gerak yang dilakukan teknik ini pun jauh lebih sederhana. Serangannya hanya berpola lurus, dengan jarak yang dekat. Serangan yang dilakukan sepenuhnya menggunakan putaran badan, atau dikenal dengan istilah Gizoboge.

Perlengkapan yang digunakan saat menyerang adalah kepalan tangan, sisi samping badan, kepala dan tumit. Bentuk tangan dari teknik ini selalu mengepal. Sasaran serangan umumnya adalah ulu hati, kepala, rusuk dan beberapa bagian persendian.

Teknik Putri

Teknik Putri adalah teknik tertinggi di Perisai Diri. Karakter dari teknik ini bisa berubah-ubah. Terkadang lembut, namun tiba-tiba berubah menjadi sangat cepat dan keras, kemudian lembut kembali. Putri menggabungkan seluruh kemampuan yang ada pada teknik-teknik sebelumnya, ditambah dengan kemampuan fleksibilitas gerak yang tidak baku seperti teknik lain. Tenaga yang digunakan bersifat kosong isi. Istilah ini berarti bahwa Putri akan selalu kosong tidak bertenaga, namun di dalam kekosongannya, keluar tenaga yang sangat besar saat terjadi sentuhan dengan lawan.

Putri seringkali melakukan dua macam tindakan dalam satu gerakan. Baik itu menyerang sambil menghindar ataupun menyerang sambil menolak. Teknik inipun sering memanfaatkan tenaga lawan untuk menyerang, sehingga tenaga yang ia keluarkan semakin sedikit. Gizoboge (perputaran badan) selalu diaplikasikan dalam tekniknya ditambah dengan Pernafasan Tahap 3 yang selalu mengiringi geraknya. Serangannya bersifat gelap, yang artinya sulit untuk dilihat lawan.

Putri biasanya hanya bereaksi terhadap serangan lawan. Ia tidak berinisiatif melakukan serangan terlebih dahulu.

Lambang Bunga Sepasang dan Artinya

Pasal 15 Anggaran Dasar :

Kelatnas Indonesia Perisai Diri mempunyai lambang, panji-panji dan pakaian seragam dengan bentuk serta makna sebagaimana diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 41 Anggaran Rumah Tangga :

  1. Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri mempunyai lambang yang bernama “Bunga Sepasang”.
  2. Arti, ukuran, bentuk dan warna lambang terlampir di dalam Anggaran Rumah Tangga ini.
  3. Penggunaan panji-panji dan atribut-atribut lain yang memakai lambang Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri ditentukan dalam peraturan tersendiri.

Lampiran Anggaran Rumah Tangga :

Lambang Perisai Diri

Manusia menunduk dengan tangan menyusun sikap Bunga Sepasang, di atas bunga teratai yang berdaun lima berwarna kuning, di bawahnya didasari dengan sayap putih dengan tulisan PERISAI DIRI, di dalam suatu bangun segitiga berwarna merah bertepikan warna kuning.

  1. Manusia menunduk bersikap Bunga Sepasang, mempunyai makna bahwa Kelatnas Indonesia Perisai Diri bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dengan penuh rasa tanggung jawab melaksanakan azas dan tujuan Kelatnas Indonesia Perisai Diri.
  2. Bunga teratai berdaun lima berwarna kuning, mempunyai makna bahwa dalam melaksanakan tujuan Kelatnas Indonesia Perisai Diri berazaskan Pancasila.
  3. Sayap warna putih bertuliskan PERISAI DIRI, mempunyai makna bahwa Kelatnas Indonesia Perisai Diri mempunyai sikah hidup yang dinamis, selalu mempunyai tekad dan semangat untuk mengembangkan bela diri Indonesia umumnya dan Silat Perisai Diri khususnya serta memelihara kelestariannya sebagai budaya bangsa.
  4. Bangun segi tiga berwarna merah bertepikan warna kuning, mempunyai makna :
    • Tujuan luhur / roh suci
    • Hidup / sukma
    • Kekuatan / bayu
  5. Warna merah putih, mempunyai makna asal dan perantaraan ayah dan ibu.

Senam Teknik Kombinasi

Senam Teknik Kombinasi merupakan susunan gerak silat Perisai Diri yang dilatihkan kepada pesilat di setiap sesi pelatihan. Sekilas seperti rangkaian jurus di silat pada umumnya, namun Senam Teknik Kombinasi bukanlah rangkaian yang perlu dihafalkan seperti jurus di perguruan silat lain.

Rangkaian gerak Senam Teknik Kombinasi dibuat oleh para pelatih setempat pada saat latihan berlangsung. Rangkaian yang berjumlah antara 5 sampai 10 gerak ini dibuat berdasarkan imajinasi pada saat pesilat melakukan Serang Hindar dengan seorang lawan. Rangkaian yang dibuat oleh pelatih tersebut dilaksanakan dengan tenaga dan kecepatan maksimal dan diulang sebanyak 50 sampai 100 kali.

Tujuan dari latihan Senam Teknik Kombinasi ini adalah untuk menciptakan kebiasaan dalam melakukan teknik yang benar dan menciptakan refleks yang baik terhadap para pesilat. Latihan ini juga akan membentuk otot-otot para pesilat agar dapat beradaptasi dengan teknik Perisai Diri. Senam Teknik Kombinasi ini selalu berbeda-beda di setiap sesi latihan, baik tangan kosong ataupun menggunakan senjata.

Teknik Senjata

Mulai tingkat dasar akan diajarkan teknik-teknik beladiri tangan kosong. Pada tingkat selanjutnya diajarkan juga teknik permainan senjata dengan senjata wajib pisau, pedang dan toya. Dengan dasar penguasaan tiga senjata wajib, pisau mewakili senjata pendek, pedang mewakili senjata sedang, dan toya mewakili senjata panjang, pesilat Perisai Diri dilatih untuk mampu mendayagunakan berbagai peralatan yang ada di sekitarnya untuk digunakan sebagai senjata. Teknik tersebut juga dapat digunakan untuk memainkan senjata lain, seperti celurit, trisula, abir, tombak, golok, pedang samurai, pentungan, kipas, teken, payung, roti kalong, senapan, bayonet, dsb.

Tujuan dari pelajaran senjata adalah memberikan pemahaman bagi pesilat tentang berbagai macam senjata. Dengan mengenal karakteristik senjata, maka anggota akan cepat beradaptasi dengan berbagai senjata. Sebagai contoh, dengan mempelajari pisau, maka pesilat akan mengerti kelebihan dan kekurangan dari senjata pendek. Bahkan pesilat akan dapat mengadaptasi benda-benda serupa seperti keris sebagai senjata, atau bahkan pulpen dan pensil. Dengan memahami karakteristik senjata ini pula, seorang pesilat akan mengerti bagaimana cara menghadapi berbagai macam senjata bila memang keadaan sudah mendesak.

Serang Hindar, Serang Balas dan Beladiri

Metode praktis yang sangat penting untuk dipelajari oleh pesilat Perisai Diri adalah latihan Serang Hindar. Pada latihan ini akan diajarkan cara menyerang dan menghindar yang paling efisien, cepat, tepat, tangkas, deras dan bijaksana. Sekalipun berhadapan langsung dengan lawan, kemungkinan cedera amat kecil karena setiap siswa dibekali prinsip-prinsip dasar dalam melakukan serangan dan hindaran. Resiko kecil pada metode Serang Hindar inilah yang melahirkan motto “Pandai Silat Tanpa Cedera”. Dengan motto inilah Perisai Diri menyusun program pendidikan dengan memperhatikan faktor psikologis dan kurikulumnya.

Dalam latihan Serang Hindar, dua orang pesilat saling berhadapan satu sama lain. Di dekat mereka ada seorang pelatih yang memperhatikan. Seorang pesilat disebut sebagai A dan seorang lagi disebut dengan B. Pelatih memberi aba-aba “hup !”, bersamaan dengan itu A menyerang B dengan satu gerakan, sementara B diam menunggu serangan itu dekat dan kemudian bergerak ke samping untuk melepaskan diri dari serangan A. Pelatih terus memberi aba-aba hingga 10 kali untuk A menyerang B dan B harus menghindar saat serangan A sudah dekat. Setelah selesai, giliran B yang menyerang pada 10 aba-aba kedua.

Itulah salah satu metode latihan berpasangan di silat Perisai Diri yang dikenal dengan sebutan Serang Hindar. Metode Serang Hindar ini telah diformulasikan oleh Pak Dirdjo agar bisa memberi rasa aman bagi kedua pesilat. Selama berlatih, pesilat diminta untuk melakukan serangan dan hindaran yang sesuai dengan pedoman teknik silat Perisai Diri.

Metode berpasangan yang lain di Perisai Diri adalah Serang Balas. Pada metode Serang Balas, dalam satu aba-aba, A akan melakukan serangan terhadap B dan B menghindar, kemudian B membalas menyerang A dan A menghindar. Satu set A serang B hindar dan B balas A hindar, adalah implementasi dari metode Serang Balas. Pada 10 aba-aba pertama, A mendapatkan kesempatan menyerang pertama kali dan B membalas setelah melakukan hindaran sempurna, sementara pada 10 aba-aba kedua akan ditukar oleh pelatih, yaitu B menyerang terlebih dahulu.

Tujuan dari latihan Serang Balas ini adalah untuk melatih pesilat, terutama bagi si penghindar, untuk menghindar ke arah yang sulit dilihat oleh lawan, tetapi akan sangat mudah untuk melakukan serangan balasan. Inilah yang disebut hindaran yang mengunci posisi lawan. Si penghindar juga harus mempelajari bagaimana ia harus meletakkan langkah mereka agar dapat mempercepat serangan balasan berikutnya.

Metode berpasangan lain yang dilatihkan di Perisai Diri adalah Beladiri. Beladiri adalah dimana saat A menyerang dan B menghindar sambil melepaskan serangan ke A. Dalam hal ini, B disebut melakukan Beladiri. Jadi perbedaannya dengan metode sebelumnya adalah, bahwa B tidak melakukan hindaran sempurna baru membalas, namun B melakukan hindaran dan serangan dalam satu gerakan.

Sebagai ilustrasi yang sederhana, misalnya A melakukan pukulan ke arah depan, ketika pukulan tersebut dekat, maka B bergerak ke samping sambil menusukkan buku tangannya ke arah mata. Dalam hal ini, maka B melakukan Beladiri.

Ketiga metode di atas, Serang Hindar, Serang Balas dan Beladiri akan diajarkan kepada pesilat Perisai Diri baik dari tingkat Dasar sampai tingkat yang tinggi sekalipun. Metode ini akan diaplikasikan baik menggunakan tangan kosong ataupun menggunakan senjata seperti pisau, pedang dan toya.

Sejarah Berdirinya

Perisai Diri

Pendiri keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri adalah RM Soebandiman Dirdjoatmodjo, yang akrab dengan panggilan Dirdjo. Beliau adalah putra Raden Mas Pakoe Soedirdjo, lahir di Yogyakarta tanggal 8 Januari 1913 di lingkungan Keraton Paku Alaman.

Sejak berusia 9 tahun Dirdjo telah dapat menguasai ilmu silat yang ada di lingkungan keraton. Karena ingin meningkatkan kemampuan ilmu silatnya, setamat HIK Dirdjo kecil meninggalkan Keraton Paku Alaman dengan berjalan kaki, hanya berbekal tekad. Sampai di Jombang, yang merupakan pusat pesantren di Jawa Timur dengan fasilitas lengkap, ia belajar ilmu agama dan pengetahuan umum di Pondok Pesantren Tebu Ireng, sambil belajar ilmu silat dari Hasan Basri.


Pendiri keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri adalah RM Soebandiman Dirdjoatmodjo, yang akrab dengan panggilan Dirdjo. Beliau adalah putra Raden Mas Pakoe Soedirdjo, lahir di Yogyakarta tanggal 8 Januari 1913 di lingkungan Keraton Paku Alaman.

Sejak berusia 9 tahun Dirdjo telah dapat menguasai ilmu silat yang ada di lingkungan keraton. Karena ingin meningkatkan kemampuan ilmu silatnya, setamat HIK Dirdjo kecil meninggalkan Keraton Paku Alaman dengan berjalan kaki, hanya berbekal tekad. Sampai di Jombang, yang merupakan pusat pesantren di Jawa Timur dengan fasilitas lengkap, ia belajar ilmu agama dan pengetahuan umum di Pondok Pesantren Tebu Ireng, sambil belajar ilmu silat dari Hasan Basri.


Sambil belajar dan bekerja di Pabrik Gula Peterongan, dengan tekun Dirdjo terus memperdalam ilmu, dan tidak menyia-nyiakan waktunya selama di perantauan. Setelah merasa cukup, ia kembali ke Solo, dan mendatangi Bapak Sahid Sahab untuk berguru silat. Selanjutnya ia berguru kepada kakeknya, Jogosurasmo yang ahli ilmu Kanuragan.

Tujuan selanjutnya adalah kota semarang, di mana ia belajar ilmu silat pada Bapak Soegito. Masih belum puas dengan pengalaman dan ilmu yang dimilikinya, Dirdjo berguru lagi ilmu Kanuragan di Pondok Randu Ginting, Semarang. Langkah selanjutnya menuju ke daerah Jawa Barat, dimulai dari kota Cirebon yang waktu itu cukup dikenal sebagai tempat menimba ilmu silat dan kanuragan. Daerah Kuningan juga dikunjunginya untuk berguru ilmu silat.

Setelah Jawa Barat, Dirdjo yang belum puas menuntut ilmu silat, juga berlatih silat Minangkabau dan silat Aceh. Tekadnya untuk menggabungkan dan mengolah berbagai ilmu yang dipelajarinya membuat ia tidak bosan-bosan menimba ilmu. Berpindah guru baginya berarti mempelajari hal yang baru dan menambah ilmu yang dirasakannya kurang. Berbagai pengalaman dan gemblengan akhirnya menjadikan Dirdjo bermental baja dan penuh percaya diri. Ia yakin, bila segala sesuatu dikerjakan dengan baik dan didasari niat yang baik, maka Tuhan akan menuntun untuk mencapai cita-citanya. Ia pun mulai meramu ilmu silat sendiri.

R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo lalu menetap di Parakan, Banyumas, dan membuka Perguruan Silat EKA KALBU. Suatu saat, ia bertemu dengan seorang Tionghoa yang beraliran Siauw Liem Sie, Yap Kie San namanya. Dirdjo, yang untuk menuntut suatu ilmu tidak memandang usia dan suku bangsa, lalu mempelajari ilmu Siauw Liem Sie dari Suhu Yap Kie San selama 14 tahun. Berbagai cobaan dan gemblengan ia jalani dengan tekun sampai akhirnya berhasil mencapai puncak latihan ilmu silat dari suhu Yap Kie San.

Setinggi-tinggi burung terbang akhirnya kembali juga ke sarangnya. Begitu juga dengan Dirdjo, yang akhirnya kembali ke tanah kelahirannya, Yogyakarta. Ki Hajar Dewantoro yang masih Pak De-nya, meminta Dirdjo mengajar silat di lingkungan Perguruan Taman Siswa.

Tahun 1947 Dirdjo diangkat menjadi pegawai negeri pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan seksi Pencak Silat. Dengan tekad mengembangkan ilmunya, Dirdjo lalu membuka kursus silat untuk umum, selain mengajar di HPPSI serta Himpunan Siswa Budaya.

Tahun 1954 ia dipindahkan ke Surabaya, ke kantor Kebudayaan Jawa Timur. Di sinilah dengan dibantu Imam Ramelan, ia membuka dan mendirikan kursus pencak silat “Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri” pada tanggal 2 Juli 1955.

Teknik silat yang diajarkannya adalah gabungan berbagai ilmu beladiri yang ada di Indonesia. Pengalaman dan ilmu silat yang dikuasainya selama itu kini tercurah dalam teknik yang sangat sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anatomi tubuh manusia.

Dari mulai didirikan hingga kini teknik silat Perisai Diri tidak pernah berubah, berkurang, atau bertambah. Dengan motto Pandai Silat Tanpa Cedera, Perisai Diri diterima oleh berbagai lapisan masyarakat untuk dipelajari sebagai ilmu beladiri.

Tanggal 9 Mei 1983 RM Soebandiman Dirdjoatmodjo berpulang ke Rahmatullah. Tanggung jawab untuk melanjutkan teknik dan pelatihan silat Perisai Diri beralih kepada para murid-muridnya yang kini telah menyebar ke seluruh pelosok tanah air dan beberapa negara di Eropa, Amerika, dan Australia. Untuk menghargai jasanya, pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar “Pendekar Purna Utama” bagi Bapak RM Soebandiman Dirdjoatmodjo tahun 1986

TAHAPAN  TAHAPAN DALAM JENJANG PENDIDIKAN PERISAI DIRI



1. TAHAP PENGENALAN terdiri dari : Tingkat dasar I, Dasar II, Cakel.
2. TAHAP PENGERTIAN terdiri dari : Tingkat Putih dan Putih Hijau.
3. TAHAP PENERAPAN terdiri dari : Tingkat Hijau dan Hijau Biru.
4. TAHAP PENDALAMAN terdiri dari : Tingkat Biru dan Biru Merah.
5. TAHAP PENGHAYATAN terdiri dari : Tingkat Merah, Merah Kuning ,
Kuning.
Tahapan  tahapan tersebut dimaksudkan untuk memberikan atau meletakkan pedoman  pedoman yang harus diberikan atau dicapai sehingga nantinya penjenjangan ini akan naik secara bertingkat untuk mencapai sasaran sesuai dengan yang diamanatkan oleh Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Kelatnas Indonesia Perisai Diri.

Materi dan target sasaran dalam tahapan  tahapan pendidikan Perisai Diri.
1. TAHAPAN PENGENALAN.
- TINGKAT DASAR I.
- Diawali para calon belum dapat melaksanakan atau tidak mengerti silat Perisai Diri.
- Materi pendidikan yang diberikan adalah :
- Rangkaian dasar tangan kosong.
- Senam teknik.
- Pendidikan dasar I berlangsung selama 6 bulan.
- Sasaran yang harus dicapai :
- Mengenalkan teknik  teknik atau gerakan  gerakan dasar dari ilmu silat Perisai
- Dapat melaksanakan gerakan  gerakan teknik silat Perisai Diri secara baik dan
benar serta mantap.

- TINGKAT DASAR II.
- Setelah dapat melaksanakan gerakan teknik silat Perisai Diri dengan baik dan benar serta mantap diberikan materi pendidikan :
- Rangkaian pertarungan dasar.
- Latihan serang  hindar.
- Bela  diri tangan kosong.
- Sasaran yang harus dicapai :
Dapat melaksanakan serang  hindar dengan mempunyai gerakan teknik yang mantap dan dapat melaksanakan dengan dengan benar dan baik, terutama pada serangan lurus / 1 penjuru :
- Pukulan : Pendeta.
- Tendangan : Gejlig, Gejug, T.
serangan empat penjuru ( keluar dan kedalam) :
- Pukulan : Satria , Garuda, Tampar.
- Tendangan : Sabit,
Serangan  serangan tersebut dilaksanakan dalam bentuk gesutan, kilat daun melayang dan balik  badan.
- Tolakan Pendeta dan tebangan Satria.
- Hindaran  hindaran seperti Hempis , sikap harimau,Pendeta , satria dapat dilaksanakan dengan baik.

- TINGKAT CALON KELUARGA.
- Dengan dasar tolok ukur keberhasilan pendidikan dari dasar II, pendidikan untuk
Calon Keluarga sasaran yang harus dicapai :
- - Pemantapan dari gerak  gerak teknik silat Perisai Diri melalui pendidikan bermain solo-spel terusan dalam 1 menit 35 gerak.
- - Serang  hindar dengan pengecekan dilakukan 3 X ( 1 X 5 ) dan terusan selama 1 menit 35 gerakan.
- - Dapat melaksanakan teknik asli Minangkabau, dalam hal ini sasaran yang ingin dicapai adalah memperkenalkan pelaksanaan tendangan T, tendang belakang, swaislag, sapuan, sikuan serta kelenturan tubuh dalam teknik Minangkabau dan teknik  teknik potongan , sikuan untuk tolakan serta langkah untuk membuka serangan maupun menerima serangan. Dalam teknik Minangkabau banyak dipelajari teknik tipuan untuk memancing lawan agar masuk dalam perangkapnya untuk segera diserang atau dibalas secara cepat dengan gerakan yang tepat.

2. TAHAP PENGERTIAN .

- TINGKAT PUTIH.
- Dengan dasar tolok ukur keberhasilanpendidikan pada tingkat Calon Keluarga ,
- Sasaran pendidikan yang harus dicapai :
- - Pengertian dari gerak  gerak dasar teknik Perisai Diri hal ini dapat dilakukan pencapaian pengertian dengan banyak melakukan latihan  latihan :
- Solospel terusan 1 menit 40 gerak.
- Serang  hindar pengecekan 3 X ( 1 X 4 ).
- Serang  hindar terusan 1 menit 35 gerak.
- Dapat melaksanakan teknik burung Mliwis.
Dalam hal ini sasaran yang ingin dicapai adalah dapat melaksanakan teknik
Mliwis dengan benar dan baik serta mantap. Teknik Mliwis adalah teknik
Yang mengandalkan kelincihan dan kecepatan tangan dalam hal menyerang
Maupun menolak, sehingga akan meningkatkan pelaksanaan dalam serang 
Hindar dengan tetap mempergunakan pedoman teknik. Putaran  putaran
Badannya akan menambah kegesitan dan kecepatan gerak tangan dalam hal
Menolak langsung menyerang maupun membuang / menyingkirkan serangan.

- TINGKAT PUTIH - HIJAU.
- Dengan diawali tolok ukur keberhasilan pada tingkat Putih, maka sasaran pendidikan yang harus dicapai :
- - Pemantapan dan pengertian dari gerak dasar teknik silat Perisai Diri dengan banyak melakukan latihan- latihan :
- * Solospel terusan dalam 1 menit 50 gerak.
- * Serang - hindar pengecekan 3 X ( 1 X 3 ).
- * Serang  hindar terusan selama 1 menit 40 gerakan.
- Dapat melaksanakan teknik asli burung Kuntul.
- Dalam hal ini sasaran yang ingin dicapai adalah dapat melaksanakan teknik urung Kuntul dengan benar dan baik serta mantap. Dalam teknik burung Kuntul yang dipelajari dan dilatihkan adalah lompatan kilatnya dalam menghindar terusan kembali menyerang / membalas ataupun kelincahan gerak dengan lututan  lututan yang mengandung hindaran terusan kembali menyerang ataupun berupa tutupan  tutupan dalam menerima serangan yang deras. Selain itu dalam hal menyerang serangan  serangan tangannya harus deras dan cepat.

3. TAHAP PENERAPAN.
- TINGKAT HIJAU .
- Dengan didasari tolok ukur keberhasilan pendidikan tingkat Putih Hijau dengan telah banyak melakukan latihan-latihan serang  hindar dan solospel diperoleh pengertian dari gerak dasar teknik silat Perisai Diri, dimana gerak  gerak teknik tersebut harus dilaksanakan dengan cepat, bertenaga, tepat,lincah,mantap, teratur dan kuat serta praktis maka untuk mencapai itu harus dilakukan latihan 0 latihan penerapan antara lain dengan latihan  latihan sbb:
- Solospel tangan kosong terusan dalam 1 menit 60 gerak.
- Serang  hindar pengecekan 3 X ( 1 X 2 ).
- Serang  hindar terusan dalam 1 menit 50 gerak.
- Latihan senjata pedang  tangan kosong sebanyak 3 nomor.
- Teknik asli Garuda dan penggunaannya.
Dari latihan teknik burung Garuda akan diperoleh latihan  latihan 4 penjuru khususnya mengenai tangan dan lengan serta sikuan ataupun sergapan serangan secara mendadak serta mendalami lompatan  lompatan untuk menghindar atau menyerang. Tebangan  tebangan dan potongan  potongannya kuat.

- TINGKAT HIJAU BIRU.
- Dengan tangan yang kuat, serangan yang cepat dan banyak mengandalkan tolakan dan tutupan ataupun tebangan serta kaki yang kuat dan keras serta pula cepatnya serangan dan lincahnya kaki karena lututan yang cepat , pendidikan tingkat Hijau Biru diarahkan pada :
- Lututan yang cepat dipakai untuk lompatan egos dan lompatan kilat yang cepat.
- Kuda  kuda yang kuat dan mantap.
- Lengan dan tangan yang kuat untuk cawukan dan cengkeraman serta untuk lemparan, tutupan dan tangkapan yang dilakukan dengan cepat.
- Latihan solospel tangan kosong terusan dalam 1 menit 60 gerak.
- Latihan serang  hindar pengecekan 3 X ( 10 X 1 ).
- Latihan serang  hindar terusan dalam 1 menit 50 gerak.
- Dalam latihan serang  hindar diarahkan pada penerapan teknik . Prinsip yang dipakai adalah serangan harus mengarah pada sasaran yang dianggap lemah dengan seluruh kekuatannya. Sedangkan dalam menghindar menempatkan dirinya pada tempat yang benar, yaitu menutup penjuru lawan dengan melalui tutupan atau melalui lemparan  lemparannya.

dikutip dr materi penataran pelatih jatim oleh pendekar Alm Mondo Satrijo

Semoga dapat dipergunakan untuk bahan evaluasi hasil latihan dan melatih kita.

asal usul perisai diri

Sekilas Perisai Diri

Sepanjang tatar Jawa, terutama bagian tengah dan timur serta di pulau tetangga, bali. Terdapat teknik bertarung gaya melayu yang dikenal dengan nama Silat Perisai Diri. Perisai Diri sendiri terdiri dari dua makna, yaitu :

Silat Perisai Diri adalah suatu sistem seni prtarungan yang mengandung unsur rekreasional maupun sportifitas. Unsur pertarungan dari Silat Perisai Diri ditekankan pada penggunaan kata Silat yang merupakan aplikasi dari suatu teknik bertarung.
Perisai Diri berarti suatu sistem pertahanan diri. "Perisai" berarti pelindung dan "Diri" terkait dengan seorang pribadi. Perisai dalam kebudayaan indonesia dikenal sebagai senjata pertahanan diri yang mempunyai arti sebagai simbol baik penyerangan maupun perlindungan para anggota Silat Perisai Diri.
Silat Perisai Diri lebih populer dengan singkatan PD. PD merupakan suatu sistem modern yang menggabungkan logika pertarungan dan teknik-teknik yang diambil dari para pendahulunya. Langkah awal untuk memformulasikan sistem PD dimulai pada tahun 1955 di Yogjakarta, Jawa Tengah. Tapi baru di Surabayalah PD yang diinspirasi dan dipimpin oleh Raden Mas Soebandiman Dirdjoatmodjo (lebih dikenal dengan sebutan Pak De atau Pak Dirdjo) menjadi suatu sistem beladiri yang terorganisasi. Dalam 3 dekade Pak De mempelajari dan mengajarkan PD, sistem ini akhirnya berkembang cukup baik dan menjadi organisasi seni beladiri yang sangat dihormati. Sekarang PD telah dipelajari oleh ratusan ribu anggota di seluruh Indonesia dan memiliki komisariat-komisariat di luar negeri seperti Belanda, Jerman, Prancis, Jepang, Italia, Kanada, Amerika Serikat dan Australia. Selain dipelajari oleh kalangan sipil, PD juga dipelajari oleh Angkatan Bersenjata Indonesia, personel-personel penegak hukum dan lain-lain. Ini dikarenakan kepraktisan dan serbaguna dari sistem PD ini sendiri. Menurut Pak Dirdjo, PD merupakan suatu sistem yang mengkombinasikan berbagai metode pertarungan yang dipilih dari berbagai sumber etnis kebudayaan yang memiliki pengaruh dalam kebudayaan Indonesia setidaknya sejak abad ke 7 Masehi.



SEJARAH RINGKAS PERISAI DIRI

PERISAI DIRI lahir dari perenungan atas langkah perjalanan yang panjang, tumbuh dengan latihan yang tidak pernah berakhir dan besar karena semangat yang diwariskan oleh pendirinya, Raden Mas Soebandiman Dirdjoatmodjo .

Putra Raden Mas Pakoe Soedirdjo ini lahir pada tanggal 8 Januari 1913 didalam lingkungan Keraton Paku Alaman di Yogyakarta. Lingkungan Taman Siswa di sekitarnya tentu saja mengharapkan pemuda kecil ini tumbuh menjadi guru. Namun kenyataannya ia lebih mempunyai tulang yang baik, sehingga baru berumur sembilan tahun saja silat di Keraton Paku Alaman sudah terkuasai dengan baik. Teman-teman selatihannya menjadi tidak segan untuk menganggapnya sebagai pelatih.
Tahun berganti, sang pelatih muda pun sadar kalau dunia silat bukan cuma tembok keraton. Setamat HIK pada umur 16 tahun, Soebandiman meninggalkan Paku Alaman demi menuntut ilmu silat. Dasar anak muda, melangkah hanya berbekal tekad dan betul-betul melangkah dengan berjalan kaki.

Pemuda Soebandiman pun sampai di Jombang, gudang pesantren Jawa Timur ini berfasilitas lengkap. Bapak Hasan Basri didatanginya untuk berguru Silat, sedang ilmu agama dan pengetahuan umum disadapnya dari Pondok Pesantren Tebu Ireng. Untuk menyambung hidupnya dirantau, ia bekerja di pabrik gula Peterongan. Hari-haripun menjadi padat, hidup dirantau memang tidak mudah. Namun nyatanya, semua itu bisa dijalani dengan mulus dan Soebandiman melakoni gemblengan hidup.

Begitu merasa cukup, pemuda ini kembali ke Barat. Solo kotanya, Bapak Sayid Sahab tujuannya, berguru silat tentunya. Untuk memperdalam ilmunya, ia juga mendatangi kakeknya, Jogosurasmo. Soebandiman pun mewarisi ilmu kakeknya yang pakar ilmu kanuragan ini. Semaranglah tujuan berikutnya. Ia berguru kepada bapak Soegito yang beraliran Setia Saudara (SS). Pemuda yang haus pengalaman ini belum puas, maka ia berguru ilmu kanuragan lagi di pondok Randu Ginting, Semarang.

Dari sana, langkah terayun ke Cirebon. Namun ternyata baru sampai di Kuningan, langkahnya terhenti. Daerah ini pada waktu itu memang cukup terkenal untuk di datangi berguru. Kembali Soebandiman berguru silat dan Kanuragan. Kesana kemari berguru silat, jenuhkah ia? Ternyata tidak. Tekad besar untuk menggabungkan dan mengolah ilmu-ilmu yang di pelajarinya semakin kuat dan itu cukup ampuh untuk mengusir rasa bosan yang mungkin timbul. Berpindah-pindah guru baginya berarti mengetahui yang baru dan menambal yang kurang, begitu tekadnya sejak pertama kali pergi merantau. Pengalaman dan gemblengan akhirnya menjadikannya sesosok manusia yang bermental baja dan penuh percaya diri yang didasari dengan niat baik. Maka Tuhan Yang Maha Esa pun berkenan menuntun mencapai cita-citanya. Ia pun mulai meramu ilmu silat ciptaannya sendiri. RM Soebandiman Dirdjoatmojo lalu menetap di Banyumas, tepatnya di Parakan. Silat ciptaannya yang pertama disebar dengan membuka perguruan silat EKA KALBU (EKA). Di tengah kesibukan melatih, bertemulah ia dengan suhu Yap Kie San, seorang pendekar berbangsa Tionghoa yang beraliran Siaw Liem Sie. Bagi RMS Dirdjoatmojo, untuk belajar tidak perlu memandang suku, usia, agama dan bangsa, yang penting ilmu yang dituntut itu berguna. Setelah 14 tahun penuh cobaan dan gemblengan, sampailah puncak latihan silat RMS Dirdjoatmojo kepada suhu Yap Kie San ini.

Sejauh-jauhnya bangau terbang akhirnya ke pelimbahan juga. RMS Dirdjoatmodjo pun kembali ke tanah kelahirannya, Yogyakarta. Ki Hadjar Dewantoro yang masih pak de nya memintanya untuk mengajar silat di Perguruan Taman Siswa. Memenuhi harapan keluarga, RMS Dirdjoatmodjo pun menjadi guru silat. Sekitar tahun 1947, beliau diangkat menjadi pegawai negri pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Seksi Pencak Silat. Dengan misi mengembangkan pencak silat, beliau membuka kursus silat melalui dinas untuk umum. Beliau juga mengajar di organisasi HPPSI serta Himpunan Siswa Budaya.

Pada tahun 1954, RMS Dirdjoatmodjo pindah ke Surabaya, ke kantor Kebudayaan Jawa Timur, Jalan Wijaya Kesuma 53. dikantor inilah beliau dibantu Bp. Imam Ramelan mengadakan kursus pencak silat yang menandai berdirinya KELUARGA SILAT NASIONAL INDONESIA PERISAI DIRI pada tanggal 2 Juli 1955. Teknik silat yang beliau ajarkan adalah gabungan berbagai teknik beladiri yang ada di Indonesia.

Pengalaman sebagai pegawai kantor urusan silat memungkinkannya untuk melakukan hal itu. Dasar ilmu silat yang telah dikeduk berpuluh-puluh tahun, kini tercurah dalam bentuk teknik yang amat sesuai dengan kemampuan anatomi tubuh manusia.
Kursus Perisai Diri yang tadinya Cuma berumur setahun ini mulai berkembang pesat. Namanya pun menjadi Keluarga Silat nasional Indonesia PERISAI DIRI, atau disingkat Kelatnas Indonesia PERISAI DIRI. Banyak kalangan yang menyebutnya dengan Perisai Diri atau bahkan PD saja. Nama PD bagi sebagian besar murid PERISAI DIRI juga sering dianggap sebagai singkatan dari Pak Dirdjo, sebutan akrab bagi sang guru besar tercinta.

Peminat Perisai Diri bukan sekedar pelajar dan mahasiswa, namun meluas ke kalangan pekerja, pegawai negri/swasta sampai militer. Perisai diri melebarkan sayapnya sampai ke Australia , Belanda, Ingris, Jerman dan Austria. Suatu prestasi yang amat membanggakan karena silat Perisai Diri ini mudah dipelajari oleh semua orang, segala usia, tingkat ekonomi dan sosial.
Tetapi manusia tidak pernah menang melawan waktu. Di Surabaya, pada tanggal 9 Mei 1983, RMS Dirdjoatmodjo berpulang menghadap Allah, Tuhan Sang Maha Pencipta Alam Semesta. Tongkat kepelatihan pun beralihn pada murid-murid utamanya, para anggota Dewan Pendekar PERISAI DIRI.

Untuk menghargai jasa-jasa yang telah diberikannya dalam partisipasinya membangun nusa, bangsa dan negara, khususnya dalam hal pembinaan generasi muda di bidang seni beladiri silat, maka pada tahun1986, Pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan gelar PENDEKAR PURNA UTAMA untuk guru tercinta ini

Perisai Diri Milik Seluruh Perguruan Silat


PDF Print E-mail


"Perisai Diri Milik Seluruh Perguruan Silat.."



Gresik (PD)
Bila Bapak Pengasuh Silat Perisai Diri pernah berkata bahwa teknik silat PD kelak akan dipakai oleh para pesilat di mana pun berada, baik itu yang terdaftar sebagai anggota keluarga besar PD maupun dari perguruan lain, ternyata hal itu mendapat tanggapan serius dari Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia Jawa Timur Dr Aliadi IK pada acara pelantikan Pengurus Daerah Silat Perisai Diri Jawa Timur periode 2009 - 2013 di GOR Tennis Indoor PT Semen Gresik, Gresik, Jumat (27/2/2009).
"Perisai bukan milik anggota Perisai Diri saja tetapi Perisai Diri adalah milik seluruh perguruan silat yang ada. Sebab Perisai Diri telah menjadi pelopor prestasi yang membawa nama baik pencak silat di Indonesia dan dunia pada umumnya," kata Bapak Aliadi.
PD Jawa Timur kini dipimpin oleh Mas Ir. Dwi Soetjipto (Merah Kuning) sebagai Ketua Umum. Mas Dwi ini kini juga menjabat sebagai Direktur Utama PT Semen Gresik. Sementara Ketua Harian disandang oleh Mas Didi Ahmadi SH (Pendekar Muda). Ketua Umum PD Pusat Mas Ir Nanang Sumindarto melantik Pengurus PD Jatim itu. Hujan deras di luar gedung tidak mengganggu kekhidmatan pelantikan tersebut.
Lagu Indonesia Raya Himne PD, Mars PD, hingga lagu We are The Champion dari kelompok rock The Queen menambah suasana pelantikan itu menjadi bersemangat.
Pelantikan itu dihadiri sekitar 120 undangan yang terdiri dari anggota Dewan Pendekar, Pengurus Pusat, perwakilan pengurus cabang PD di Jawa Timur, sesepu 10 perguruan historis, Ketua KONI Jatim, Ketua Pengda UPSI Jatim, dan jajaran direksi PT Semen Gresik.
"Langkah awal yang harus kita lakukan adalah sesegera mungkin menjalin komunikasi antar-cabang. Bila komunikasi itu terjalin dengan baik, maka upaya untuk memajukan PD agar lebih berprestasi bisa lebih mudah," kata Mas Dwi.
Sementara Mas Nanang Sumindarto menegaskan bahwa setiap anggota PD harus menjalin rasa kekeluargaan. "Dengan rasa kekeluargaan itu maka semua masalah yang timbul di antara keluarga PD bisa mudah diselesaikan," tuturnya.

Mas Didi Achmadi menambahkan, langkah awal kepengurusan ini adalah melakukan konsolidasi organisasi terlebih dulu. "Di Jawa Timur ada 22 cabang PD. Namun empat daerah kepengurusannya sedang 'tidur'. Daerah itu adalah Banyuwangi, Lumajang, Bondowoso, dan Situbondo. Di empat daerah itu ada latihan PD, namun secara organisasi belum jalan. Itu yang akan kami benahi lebih dulu," katanya.
Ia menjelaskan bila organisasinya tidak berjalan, maka nasib para pesilat PD di cabang itu menjadi kurang terperhatikan. "Di Banyuwangi, misalnya, ada pesilat yang bagus. Sebenarnya ia bisa menjadi pesilat andalan Jawa Timur. Ia memerlukan dukungan organisasi. Jangan diurus secara perorangan," ujarnya.
PD Jawa Timur telah menelorkan beberapa pesilat andalan berprestasi internasional seperti Mbak Tri Wahyuni dari Malang yang beberapa kali meraih emas di arena SEA Games, kemudian A Triya Amari dari Surabaya yang menjadi andalan Jawa Timur untuk mendulang emas di arena PON.
file:///D:/asuka.jpg